BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang Masalah
Keperawatan merupakan suatu bentuk
layanan kesehatan professional yang merupakan bagian integral dari layanan
kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan etika keperawatan.Keperawatan sebagai
bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan menentukan mutu dari
pelayanan kesehatan.Tenaga keperawatan secara keseluruhan jumlahnya mendominasi
tenaga kesehatan yang ada, dimana keperawatan memberikan konstribusi yang unik
terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan yang relatif,
berkelanjutan, koordinatif dan advokatif.Keperawatan sebagai suatu profesi
menekankan kepada bentuk pelayanan professional yang sesuai dengan standart
dengan memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga pelayanan yang diberikan
dapat diterima oleh masyarakat dengan baik lanjut.
B. Rumusan Masalah
1)
Sejarah
keperawatan di Indonesia.
3)
Tokoh
keperawatan di Indonesia, peran dan pengaruhnya.
4)
Riwayat
pengakuan profesi keperawatan.
5)
Riwayat jenjang
pendidikan keperawatan.
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui
bagaimana sejarah keperawatan di Indonesia.
3.
Mengetahui
tokoh keperawatan di Indonesia, peran dan pengaruhnya.
4.
Mengetahui
riwayat pengakuan profesi keperawatan.
5.
Mengetahui riwayat jenjang
pendidikan keperawatan.
D. Metode
Penulisan
Sistematika
penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab utama.
Bab I berisi
tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode penulisan makalah
ini.
Bab II merupakan bagian yang berisi
penjelasan tentang materi/pokok bahasan makalah ini,yakni, Sejarah Keperawatan di Indonesia, dampak
sejarah terhadap profil perawat indonesia, tokoh
keperawatan mengenai peran dan pengaruhnya, riwayat pengakuanprofesi
keperawatan, riwayat jenjang pendidikan keperawatan.
Bab IIIadalah penutup yang berisi kesimpulan, saran dan daftar
pustaka.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A. Sejarah
Keperawatan di Indonesia
1) Masa sebelum merdeka
1.
Masa penjajahan belanda
Pada masa
ini perawat barasal dari warga Indonesia yang di sebut verpleger.
Pekerjaan perawatdibantu oleh Zieken Opaser sebagai penjaga orang sakit.Pada masa ini pelayanan kesehatan hanya ditujukan
untuk para tentara belanda. Mereka bekerja diBinnen
Hospital di Jakarta yang di dirikan pada tahun 1799.
Dalam usaha-usaha meningkatkan
kesehatan di Indonesia yaitu :
a)
Membentuk Dinas Kesehatan Tentara (Military
Gezondherds).
b)
Membentuk Dinas Kesehatan Rakyat (Burgerlijke
Gezondherds).
c)
Mendirika rumah sakit.
2. Masa Penjajahan Inggris
Gubernur jendral Inggris, Rafless sangat memperhatikan
kesehatan rakyat dengan moto nya adalah kesehatan
adalah milik
manusia, pada saat itu pula telah diadakan berbagai
usaha memelihara kesehatan, antara lain, mengadakan
pencacaran umum, cara perawatan pasien gangguan jiwa dan memperhatikan
kesehatan dan perawatan para tawanan.
3. Masa
Penjajahan Belanda
Usaha
peningkatan kesehatan penduduk mengalami kemajuan pada tahun 1819 di jakarta di
dirikan beberapa rumah sakit, salah satu nya adalah Rumah Sakit
Stadsverband di Glondok Jakarta Barat.Rumah sakit ini dipindahkan ke Salemba pada tahun 1919 yang sekarang menjadi RSCM.
Pada kurun waktu 1816 – 1942
berdiri rumah sakit swasta milik misionaris katolik dan Zending aprotestan(St.BoromeusBandung,
Elizabeth Semarang).
4. Masa
Penjajahan Jepang
Kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara Jepang tahun 1942-1945.Merupakan
masa gelap di dunia Keperawatan Indonesia.Pekerjaan perawat pada masa
penjajahan Belanda dan Inggris dikerjakan oleh perawat yang telah terdidik,
sedangkan pada masa jepang tugas perawat dilakukan oleh bangsa jepang
sendiri.Obat-obatan sangatkurang sehingga wabah penyakit timbul dimana mana.
2)
Masa
setelah kemerdekaan
1. Periode tahun 1945 – 1962
Pada masa ini tidak ada perkembangan dalam keperawatan,tenaga yang di
gunakan masih meneruskan sistem pendidikan yang telah ada (lulusan pendidikan perawat
pemerintah Belanda). Tidak adanya perkembangan keperawatan secara konseptual.Pelayanan
yang di berikan masih berorientasi pada keterampilan melaksanakan prosedur dan
hanya perpanjangan tangan pelayanan medis.Pembangunan di bidang kesehatan di
mulai pada tahun 1949, sampai dengan tahu 1950
pendidikan tenaga keperawatan dengan dasar pendidikan umum Mulo+ 3 tahun untuk
mendapat ijazah A (perawat umum), Ijazah B untuk perawat jiwa dan Mantri juru
rawat dengan pendidikan perawat dengan dasar sekolah rakyat + 4 tahun.
2. Periode tahun 1963 – 1982
Tidak terlalu banyak perkembangan di bidang keperawatan, walau sudah
banyak perubahan dalam pelayanan, tempat, tenaga lulusan akademi keperawatan
banyak di minati oleh rumah sakit.
3. Periode tahun 1983 – sekarang
Sejak adanya kesepakatan
lokakarya nasional Januari 1983 tentang pengakuan dan di terimanya keberadaan
keperawatan sebagai suatu profesi dan pendidikan nya berada pada pendidikan
tinggi. Pendidikan keperawatan bukan hanya menekan kan pada keterampilan tetapi
lebih pada penumbuhan, pembinaan sikap dan keterampilan profesional berdasarkan
landasan ilmu keperawatan. Tahun 1984 di berlakukan kurikulam nasional untuk
diploma III Keperawatan. Tahun 1985 awal di buka nya program S1 keperawatan di
UI, tahun 1992 tahun penting bagi profesi keperawatan secara hukum keberadaan
tenaga keperawatan sebagai profesi di akui dalam UU No.23 tahun 1992 tentang
kesehatan terutama pasal 32 yang berbunyi :
Ayat 3 : Pengobatan atau perawatan dapat di lakukan berdasarkan ilmu
kedokteran atau ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat di pertanggungjawabkan.
Ayat 4 :Pelaksanaan pengobatan dan atau perawtan berdasarkan ilmu
kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat di lakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itudan peraturan pemerintah No. 32
tahun 1996 tentang tenaga kesehatan sebagai penjabaran nya, tahun 1995 di buka Program S1 keperawatan di Padjadjaran Bandung dan tahun 1998 di UGM Yogyakarta serta
Kurikulum Ners di sahkan. Kemudian pada tahun 1999 S1 Keperawatan di buka di
UNAIR Surabaya, Universitas Brawijaya Malang, Universitas Hasanudin Ujung
pandang,USU, Universitas di ponegoro Jawa Tengah, Universitas Andalas dan
dnegan SK Mendikbud No. 129/D/0/1999 di buka juga sekolah tinggi ilmu
keperawatan di St.Carolus Jakarta. Pada tahun ini juga kurikulum DIII
keperawatan selesai di perbarui dan di berlakukan secara nasional. Tahun 2000
di terbitkan SK Menkes No.647 tentang registrasi dan praktik keperawatan
sebagai regulasi praktik keperawatan sekaligus kekuatan hukum bagi tenaga
perawat dalam menjalankan praktik keperawatan secara profesional.
Sejarah adalah
setiap peristiwa atau kejadian di masa lampau yang menyenangkan maupun
memilukan.Sejarah bukan sebatas cerita untuk generasi mendatang yang ditulis
sekadar untuk dihafalkan.Setiap manusia memiliki sejarah masing-masing, baik
yang bersifat individual, komunal, maupun nasional.Sama halnya dengan sejarah
perjuangan bangsa.Kemerdekaan yang diraih bukan hanya melibatkan tentara,
tetapi juga seluruh elemen bangsa.Mulai dari pemimpin sampai rakyat jelata,
orang tua sampai anak-anak.Semuanya bahu-membahu berjuang dengan semangat
patriotisme.
Sejarah akan
mewarnai masa depan. Apa yang terjadi di masa sekarang dipengaruhi oleh sejarah
pada masa sebelumnya. Kesuksesan yang diraih seseorang dalam hidupnya
merupakan hasil atau buah dari keuletan dan perjuangannya di masa lalu.Contohnya
adalah negara Jepang.Negara tersebut menjadi salah satu negara yang pesat
perekonomiannya.Keberhasilan ini salah satunya dipengaruhi oleh semangat
bangsa ini untuk terus maju dan meningkatkan produktivitasnya. Teori yang sama
berlaku pula di negara kita. Keterpurukan yang dialami bangsa Indonesia di hampir
segala bidang disebabkan oleh perilaku korup yang telah mendarah daging di
negara ini sejak dulu.
Sistem hegemoni
yang diterapkan oleh bangsa Eropa selama menjajah Indonesia telah memberi
dampak yang sangat besar pada seluruh lini kehidupan, termasuk profesi
perawat.Posisi Indonesia sebagai negara yang
terjajah (subaltern)menyebabkan kita selalu berada pada kondisi yang
tertekan, lemah, dan tidak berdaya. Kita cenderung menuruti apa saja yang
menjadi keinginan penjajah. Situasi ini terus berlanjut dalam kurun waktu yang
lama sehingga terbentuk suatu formasi kultural.Kultur di dalamnya mencakup pola
perilaku, pola pikir, dan pola bertindak.Formasi kultural ini terus terpelihara
dari generasi ke generasi sehingga menjadi sesuatu yang superorganic. Sejarah
keperawatan di Indonesia pun tidak lepas dari pengaruh penjajahan. Kali ini,
penulis mencoba menganalisis mengapa masyarakat menganggap perawat sebagai
pembantu profesi kesehatan lain dalam hal ini profesi dokter. Ini ada
kaitannya dengan konsep hegemoni. Seperti dijelaskan di awal, perawat awalnya
direkrut dari Boemi Putera yang tidak lain adalah kaum terjajah, sedangkan
dokter didatangkan dari negara Belanda sebab pada saat itu di Indonesia belum
ada sekolah kedokteran. Sesuai dengan konsep hegemoni, posisi perawat di sini
adalah sebagai subaltern yang terus-menerus berada dalam cengkeraman
kekuasaan dokter Belanda (penjajah).Kondisi ini menyebabkan perawat berada pada
posisi yang termarjinalkan.Keadaan ini berlangsung selama berabad-abad sampai
akhirnya terbentuk formas.
Posisi perawat
sebagai subaltern yang tunduk dan patuh mengikuti apa keinginan
penjajah lama-kelamaan menjadi bagian dari karakter pribadi perawat. Akibatnya,
muncul stigma di masyarakat yang menyebut perawat sebagai pembantu
dokter.Karena stigma tersebut, peran dan posisi perawat di masyarakat semakin
termarjinalkan.Kondisi semacam ini telah membentuk karakter dalam diri perawat kultural
pada tubuh perawat yang pada akhirnya berpengaruh pada profesi keperawatan
secara umum.Perawat menjadi sosok tenaga kesehatan yang tidak mempunyai
kejelasan wewenang atau ruang lingkup.Orientasi tugas perawat dalam hal ini
bukan untuk membantu klien mencapai derajat kesehatan yang optimal, melainkan
membantu pekerjaan dokter.Perawat tidak diakui sebagai suatu profesi, melainkan
pekerjaan di bidang kesehatan yang aktivitasnya bukan didasarkan atas ilmu,
tetapi atas perintah/instruksi dokter sebuah rutinitas belaka.Pada akhirnya,
timbul sikap ma-nut perawat terhadap dokter.
Dampak lain
yang tidak kalah penting adalah berkembangnya perilaku profesional yang keliru
dari diri perawat. Ada sebagian perawat yang menjalankan praktik pengobatan
yang sebenarnya merupakan kewenangan dokter.Realitas seperti ini sering kita temui
di masyarakat.Uniknya, sebutan untuk perawat pun beragam.Perawat laki-laki biasa
disebut mantra. Sedangkanperawat
perempuan disebutsuster. Ketimpanganini terjadi karena perawat sering kali
diposisikan sebagai pembantu dokter.Akibatnya, perawat terbiasa bekerja layaknya
seorang dokter, padahal lingkup kewenangan kedua profesi ini berbeda.
Tidak menutup
kemungkinan, fenomena seperti ini masih terus berlangsung hingga kini. Hal ini
tentunya akan menghambat upaya pengembangan keperawatan menjadi profesi
kesehatan yang profesional. Seperti kita ketahui, kultur yang sudah
terinternalisasi akan sulit untuk diubah. Dibutuhkan persamaan persepsi dan
cita-cita antar-perawat serta kemauanprofesi lain untuk menerima dan mengakui
perawat sebagai sebuah profesi kesehatan yang profesional. Tentunya kita
berharap pengakuan ini bukan sekedar wacana, tetapi harus terealisasikan dalam
kehidupan profesional.
Paradigma yang
kemudian terbentuk karena kondisi ini adalah pandangan bahwa perawat merupakan
bagian dari dokter.Dengan demikian, dokter berhak “mengendalikan” aktivitas
perawat terhadap klien.Perawat menjadi perpanjangan tangan dokter dan berada
pada posisi submisif. Kondisi seperti ini sering kali temui dalam
pelayanan kesehatan di rumah sakit.Salah satu penyebabnya adalah masih belum
berfungsinya sistem kolaborasi antara dokter dan perawat dengan benar.
Jika kita
cermati lebih jauh, hal yang berlaku justru sebaliknya.Dokter seharusnya
merupakan bagian dari perawatan klien.Seperti kita ketahui, perawat merupakan
tenaga kesehatan yang paling sering dan paling lama berinteraksi dengan
klien.Asuhan keperawatan yang diberikan pun sepanjang rentang
sehat-sakit.Dengan demikian, perawat adalah pihak yang paling mengetahui
perkembangan kondisi kesehatan klien secara menyeluruh dan bertanggung jawab
atas klien. Sudah selayaknya jika profesi kesehatan lain meminta “izin”
terlebih dahulu kepada perawat sebelum berinteraksi dengan klien. Hal yang
sama juga berlaku untuk keputusan memulangkan klien. Klien baru boleh pulang
setelah perawat menyatakan kondisinya memungkinkan.Walaupun program terapi
sudah dianggap selesai, program perawatan masih terus berlanjut karena lingkup
keperawatan bukan hanya pada saat klien sakit, tetapi juga setelah kondisi
klien sehat.
C. Riwayat Jenjang Pendidikan Keperawatan di Indonesia
Berdirinya Pendidikan Keperawatan Di Indonesia :
1)
Tahun 1906 berdiri
Pendidikan juru
rawat di RS PGI Cikini, Sekolah perawat
pertama di Indonesia.
2)
Tahun 1912, berdiri
Pendidikan juru rawat di RSCM.
3)
Tahun 1955 berdiri Sekolah Djuru Kesehatan ( SDK ) Dengan
pendidikandasar umum sekolah rakyat + 1 tahun.
4)
Tahun 1955 Sekolah Pengamat Kesehatan Pengembangan SDK +
pendidikan 1 tahun.
5)
Tahun 1962 AKPER,
Jl. Kimia no.17 Jakpus.
6)
Tahun 1985 di buka Program Studi Ilmu Keperawatan (S1) pertama
di Indonesia di Fakultas Kedokteran UI dan kurikulum pendidikan tenaga
keperawatan jenjang S1 juga di sahkan.
7)
Tahun 1995 Program Studi Ilmu Keperawatan (S1) di Universitas Padjajaran Bandung.
8)
Tahun 1998 Program Studi Ilmu Keperawatan (S1) di Yogyakarta.
9)
Tahun 1998 kurikulum Ners di sahkan.
10)
Tahun 1999 Program Studi Ilmu Keperawatan (S1) di UNAIR
Surabaya, USU, Universitas Diponegoro Malang, di Universitas Hasanudin Ujung
Pandang,Universitas Andalas, dll.
Pendidikan
keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia
mencakup:
1)
Pendidikan Vokasional; yaitu jenis pendidikan diploma sesuai dengan
jenjangnya untuk memiliki keahlian ilmu terapan keperawatan yang diakui oleh
pemerintah Republik Indonesia.
2)
Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan pasca
sarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan
tertentu
3) Pendidikan Profesi; yaitu
pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik
untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
4) Sedangkan jenjang pendidikan
keperawatan mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis
dan doktor.
Sesuai dengan
amanah UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tersebut Organisasi Profesi yaitu
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan Asosiasi Pendidikan Ners
Indonesia (AIPNI), bersama dukungan dari Kementerian Pendidikan Nasional
(Kemendiknas), telah menyusun dan memperbaharui kelengkapan sebagai suatu
profesi.
Perkembangan
pendidikan keperawatan sungguh sangat panjang dengan berbagai dinamika
perkembangan pendidikan di Indonesia, tetapi sejak tahun 1983 saat deklarasi
dan kongres Nasional pendidikan keperawatan indonesia yang dikawal oleh PPNI
dan diikuti oleh seluruh komponen keperawatan indonesia, serta dukungan penuh
dari pemerintah kemendiknas dan kemkes saat itu serta difasilitasi oleh
Konsorsium Pendidikan Ilmu kesehatan saat itu, sepakat bahwa pendidikan
keperawatan Indonesia adalah pendidikan profesi dan oleh karena itu harus
berada pada pendidikan jenjang Tinggi.dan sejak itu pulalah mulai dikaji dan
dirangcang suatu bentuk pendidikan keperawatan Indonesia yang pertama yaitu di
Universitas Indonesia yang program pertamannya dibuka tahun 1985.
Sejak 2008
PPNI, AIPNI dan dukungan serta bekerjasama dengan Kemendiknas melalui project
Health Profession Educational Quality (HPEQ), menperbaharui dan menyusun
kembali Standar Kompetensi Perawat Indonesia, Naskah Akademik Pendidikan Keperawatan
Indonesia, Standar Pendidikan Ners, standar borang akreditasi pendidikan ners
Indonesia. dan semua standar tersebut mengacu pada Peraturan Presiden Nomor.8
tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan sat ini
sudah diselesaikan menjadi dokumen negara yang berkaitan dengan arah dan
kebijakan tentang pendidikan keperawatan Indonesia. Jenjang Pendidikan Tinggi
Keperawatan Indonesia dan sebutan Gelar:
1) Pendidikan jenjang Diploma Tiga
keperawatan lulusannya mendapat sebutan Ahli Madya Keperawatan (AMD.Kep).
2) Pendidikan jenjang Ners (Nurse)
yaitu (Sarjana+Profesi), lulusannya mendapat sebutan Ners(Nurse),sebutan
gelarnya (Ns).
3) Pendidikan jenjang Magister
Keperawatan, Lulusannya mendapat gelar (M.Kep).
4) Pendidikan jenjang Spesialis Keperawatan,
terdiri dari:
1. Spesialis Keperawatan Medikal
Bedah, lulusannya (Sp.KMB).
2. Spesialis Keperawatan Maternitas,
Lulusannya (Sp.Kep.Mat).
3. Spesialis Keperawatan Komunitas,
Lulusannya (Sp.Kep.Kom).
4. Spesialis Keperawatan Anak,
Lulusannya (Sp.Kep.Anak).
5. Spesialis Keperawatan Jiwa,
Lulusannya (Sp.Kep.Jiwa).
6. Pendidikan jenjang Doktor
Keperawatan, Lulusannya (Dr.Kep).
Lulusan pendidikan tinggi
keperawatan sesuai dengan level KKNI, adalah sebagai berikut:
1) Diploma tiga Keperawatan - Level
KKNI 5.
2) Ners (Sarjana+Ners) - Level KKNI
7.
3) Magister keperawatan - Level KKNI
8.
4) Ners Spesialis Keperawatan -
Level KKNI 8.
5) Doktor keperawatan - Level KKNI 9.
Untuk keperawatan, Pendidikan dikategorikan dari SPK (SMK), D1, D3, D4, S1,
S1 Profesi, S2, S2 Profesi, Professor.Standar-standar yang dimaksud
diatas mengacu pada perkembangan keilmuan keperawatan, perkembangan dunia kerja
yang selalu berubah, dibawah ini sekilas saya sampaikan beberapa hal yang
tertulis dalam dokumen Naskah Akademik Pendidikan Keperawatan, yang berkaitan
dengan jenis, jenjang, Gelar Lembaga
Pendidikan Di
indonesia termasuk salah satu pendidikan yang memakan waktu cukup lama, tidak
cukup hanya di sekolah TK, SD, SMP dan SMA. Setelah selesai atau tamat dari
SMA, itu belum cukup bagi kita untuk mengenal dan menjalani pendidikan dan
jenjang pendidikan tersebut bukan berarti akan menjamin bagi kita memperoleh
pekerjaan. Mengetahui lebih jelas tentang
Jenjang Pendidikan Keperawatan serta fungsi dan gelar yang akan diperolehnya,
mari kita simak penjelasan berikut dibawah ini :
1) SPK atau SMK atau D1 Keperawatan
Dalam hal ini masih di perdebatkan bahkan beberapa ada
yang sudah di gantikan menjadi SMK Keperawatan atau SMK Kesehatan.Mereka mempelajari
pelajaran umum seperti layaknya SMA atau SMU tetapi ada tambahan materi saat
pembelajaran yaitu Keperawatan.Mereka
belajar konsep penyakit, KDM,dsb. Sebelum tahun 2000–an Lulusan SPK/SMK ini
masih di daya gunakan di rumah sakit, bahkan di beberapa rumah sakit masih ada
yang SPK Keperawatan bahkan menjadi senior.
Untuk saat ini Lulusannya di daya gunakan
menjadi Nurse Aids
atau Assisten Perawat.
Beberapa Rumah sakit untuk alasan Cost effective masih menggunakan jasa SPK
atau SMK Keperawatan bahkan Homecare juga menjadi peminat no.1 dengan alasan cost
effective ini. Penjurusan
ini pun masih dalam perdebatan di kalangan klinisi keperawatan.
2) D3 atau D4 Keperawatan
Untuk saat ini menjadi Primadona di kalangan umum buat
mereka yang ingin menuntut Ilmu
Keperawatan.Bagaimana tidak, lahan kerja yang banyak dan kesempatan
untuk bekerja yang besar dijadikan alasan mereka yang ingin menggeluti bidang
keperawatan (walaupun gajinya tidak jelas). Dikarenakan sesuatu hal maka jenjang
pendidikan ini tidak dapat menjadi kepala ruangan, Apalagi untuk rumah sakit
berstandar JCI atau
type Rumah Sakit A, paling hanya sebagai koordinator perawat dan beberapa
sertifikat mesti di punyai saat ingin melamar kerja.
3) S1 keperawatan + ners
S1 keperawatan dan profesi ners adalah hal yang paling
banyak ditanya, bagaimana bisa S1
keperawatan tanpa ners, lalu apa fungsinya. jika kamu yang sudah menempuh
jenjang S1 keperawatan lalu bercita-cita
bekerja di rumah sakit, mungkin itu hanya mimpi. di karenakan S1 keperawatan harus melengkapi diri dengan profesi
sebagai syarat bekerja sebagai klinisi atau
rumah sakit. pasalnya ners atau professi itu adalah acuan untuk bekerja di
rumah sakit.kompetensi yang
di dapat saat ners adalah nilai baku yang di gunakan nanti saat berpraktik
sebagai klinisi, baik di rumah sakit ataupun perusahaan berkelas
international.lalu jika kita hanya S1 keperawatan tanpa ners apakah bisa bekerja?tentu biasa, tetapi tidak sebagai klinisi atau yang biasa merawat
pasien tetapi lebih ke arah managerial, assurance, kantor,etc. yang pastinya
bukan untuk merawat pasien, kecuali klinik yang kecil-kecilan yang biasanya
tidak di tanya soal professi ners.
4) S2 Keperawatan dan Professi
Apa yang di pelajari adalah pemantapan dan penambahan ilmu lain saat menempuh jalur S1 keperawatan. mereka yang
menempuh S2 keperawatan bisa mencapai karir ke managerial atau dosen, consultant nurse, kepala bidang keperawatan
atau memimpin sekelas PPNI (persatuan perawat nasional indonesia), atau
membidangi urusan medis di jalur independent atau anggota dewan,etc.
5) Professor
Biasanya menempuh pendidikan di sertai riset atau penelitian
yang nantinya di gunakan bagi ilmu keperawatan.
Professor biasanya diberikan sebagai gelar bagi mereka yang sudah berjasa dalam
bidang reset dan ilmu pengetahuan khususnya
dalam bidang keperawatan.
D. Riwayat Pengakuan Profesi Keperawatan
Januari
tahun 1983 merupakan kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia, sebagi
perwujudan kesepakatan lokakarya nasional tentang pengakuan dan di terimanya
keberadaan keperawatan sebagai suatu profesi dan pendidikan nya berada pada
pendidikan tinggi. Pendidikan keperawatan bukan hanya menekan kan pada
keterampilan tetapi lebih pada penumbuhan, pembinaan sikap dan keterampilan
profesional berdasarkan landasan ilmu keperawatan. Tahun 1984 di berlakukan
kurikulam nasional untuk diploma III Keperawatan. Dari sinilah awal
pengembangan profesi keperawatan Indonesia yang sampai saat ini perlu
perjuangan, karena keperawatan di Indonesia sudah di akui sebagai profesi maka
pelayanan atau asuhan keperwatan yang di berikan harus bedasarkan ilmu
keperawatan. Sejalan dengan tuntutan UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
terutama pada pasal 32 dan peraturan pemerintahan No. 32 tahun 1996 tentang
tenaga kesehatan sebagai penjabarannya.
E. Tokoh Keperawatan di Indonesia, Peran dan Pengaruhnya
1)
Prof.
Dra. Hj Elly Nurachmach,Skp, MApp Sc, DN
Sc
Lahir pada tanggal 17-08-1948.Beliau
adalah professor pertama Indonesia dalam bidang keperawatan.Riwayat pendidikan
yang pernah ditempuhnya adalah :
1.
Doktor
Ilmu Keperawatan ( Keperawatan Onkologi ) Catholic University of America,
Washington DC tahun 1998.
2.
Master
Keperawatan Medical Bedah The University of Sydney, Australia tahun 1990.
3.
Sarjana
Keperawatan PSIK Universitas Indonesia tahun 1988.
4.
Sarjana
Administrasi Negara STIA –LAN.
5.
DIII
Akper Depkes Jakarta.
Berawal
dari mimpi bahwa perawat Indonesia harus bergelar sarjana dan melihat kenyataan
bahwa pada tahun 1991 perawat bergelar sarjana hanya3000 orang , dan 250 ribu
perawat hanya bermodal pendidikan pas-pasan.Beliau berusaha mengatasi
ketertinggalan dengan cara mendirikan Asosiasi Institusi Pendidikan Nurse
Indonesia (AIPNI) pada tanggal 29 Juni 2001.Visi dari AIPNI adalah menjadi
wadah institusi penyelenggara pendidikan yang berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan masyarakat, pengembangan teknologi keperawatan melalui
penyelenggaraan proses pendidikan Ners yang berwawasan global.
2)
Tien
Gartinah, Skp, MN
Lahir di Sukabumi 25 Mei 1948, Beliau menempuh pendidikan
sebagai berikut :
1.
Master
Nursing University of Philipines tahun 1982.
2.
Sarjana
Keperawatan di University of Sydney, Australia
tahun 1970.
3.
Akper
Cipto Mangunkusumo.
Pada bulan Oktober 2011, beliau
dilantik oleh Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, menjadi anggota
Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia (BPRSI) di Kemenkes RI. Adapun tugas pokok
BPRSI adalah:
1.
Membuat
pedoman tentang pengawasan rumah sakit untuk digunakan oleh BPRS tingkat
provinsi.
2.
Membentuk
system pelaporan dan system informasi yang merupakan jejaring pusat ke provinsi.
3.
Melakukan
analisa hasil pengawasan dan memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah
sebagai bahan binaan.
Dengan adanya
pengawasan dari BPRSI diharapkan rumah sakit dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan,
memenuhi pelayanan
kesehatan yang terjangkau, keselamatan pasien, pengembangan jangkauan
pelayanan,dan peningkatan kemampuan dan
kemandirian perawat.Beliau juga aktif mengajar di berbagai universitas, menjadi
pembicara dalam pelbagai seminar baik di dalam ataupun di luar negri dan aktif
menulis buku panduan untuk perawat diantaranya adalah; Modul Etika dalam
Keperawatan dan Message for Sick in Indonesia dalam buku ini beliau mengatakan
bahwa perlunya spiritual dalam upaya perawatan dan penyembuhan dan pemahaman
tentang penyakit bukan hanya dimengerti oleh pasien, dokter dan perawat saja
melainkan orang sehat juga perlu mengerti apa yang harus dilakukan ketika
sakit.
3)
Prof.
Achir Yani Syuhaimie Hamid, MN, DN Sc
Lahir di Palembang, 23 Oktober
1954.Beliau menempuh pendidikan sebagai berikut :
1.Doktor Nursing Science,
Catholic University of America tahun 1993.
2.Master Nursing University
of Philipines 1983.
3.Sarjana Keperawatan PSIK
UI.
4.Akper depkes Jakarta tahun
1976.
Beliau aktif
mengajar diberbagai universitas, menjadi pembicara dalam berbagai seminar baik
di dalam maupun di luar negeri dan aktif dalam organisasi PPNI (Persatuan
Perawat Nasional Indonesia) yang didirikan pada tanggal 17 Maret 1974. Sebagai
ketua Dewan Pertimbangan Pusat PPNI, beliau berhasil meloloskan UU Keperawatan
masuk dalam daftar 10 besar Program Legislasi Nasional pada Divisi IX DPR .Pada
tanggal 04 Juni 2012 dalam Rapat Komite III DPD RI, beliau memaparkan perlunya
dibentuk RUU Keperawatan ditinjau dari segi filosofi, sosiologis dan yuridis.
Adapun alasan
secara filosofis bahwa kesehatan adalah hak azazi manusia yang harus diwujudkan
dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat
melalui penyelenggaraan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat.
Dari segi
hukum, bahwa perlu adanya peningkatan kualitas standarisasi, kompetensi dan sertifikasi
perawat dan praktek keperawatan termasuk perlindungan hukum bagi perawatan
dalam menjalankan profesinya.Tinjauan selanjutnya adalah dari segi sosiologis,
bahwa tindakan asuhan keperawatan terjadi dalam waktu 24 jam sehari.75 % dari
kegiatan pelayanan kesehatan adalah pelayanan keperawatan dengan 60 % tenaga
perawat yang bekerja .
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan pelayanan
kesehatan guna untuk meningkatkan kesehatan bagi masyarakat.Keperawatan
ternyata sudah ada sejak manusia itu ada dan hingga saat ini Profesi
keperawatan berkembang dengan pesat.Sejarah perkembangan keperawatan di
Indonesia tidak hanya berlangsung di tatanan praktik, dalam hal ini layanan
keperawatan, tetapi juga di dunia pendidikan keperawatan.Tidak asing lagi,
pendidikan keperawatan memberi pengaruh yang besar terhadap kualitas layanan
keperawatan.Karenanya, perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya,
salah satunya melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan.
Keperawatan sebagai profesi di
Indonesia mulai di sadari pada awal tahun 1983 yaitu setelah di sepakatinya
keperawatan sebagai profesi dan pendidikan keperawatan berada pada jenjang
pendidikan tinggi. Sejak tahun itulah terjadi profesionalisasi di bidang
keperawatan. Keperawatan sebagai suatu profesi saat ini sudah semakin jelas
adanya perkembangan pendidikan tinggi keperawatan, perkembangan konsep dan
perangkat hukum yang mengatur tentang praktik keperawatan, walaupun pada kenyataan
nya praktik keperawatan profesional hingga saat ini belum di rasakan sepenuhnya
oleh masyarakat luas.
B. Saran
Dari
kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat harus terus
meningkatkan kompetensi diri, salah satunya melalui pendidikan keperawatan yang
berkelanjutan, sehingga kita tidak mengalami ketertinggalan dari keperawatan
internasional.
Gaffar, LOJ.1999. Pengantar Keperawatan
Profesional, Jakarta : EGC
Hidayat A. Aziz Alimul.2007. Pengantar
Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2. Jakarta:Salemba Medika
Kutipan dari Naskah Akademik Pendidikan keperawatan
Indonesia oleh PPNI,AIPNI,AIPDIKI dan dukungan dari Kemendiknas (Project HPEQ
2009-2015
membuka aejarah mengetahui jati diri
BalasHapusmembuka sejarah mengetahui jati diri sebenarnya
BalasHapusmembuka sejarah mengetahui jati diri sebenarnya
BalasHapusmembuka aejarah mengetahui jati diri
BalasHapus